Kata Kerja Bentuk Larangan Bahasa Jepang
~ないで 下さい
~nai de kudasai
Ketika minna-san masih seorang anak kecil, tentu saja pasti pernah mendapatkan banyak aturan dan larangan dari orang tua? Betul atau tidak? Ya… Tidak perlu marah! Karena itu memang bentuk sayang mereka kepada kita semua. Karena saya yakin, disini yang pernah atau sedang dirundung asmara juga selalu memberikan larangan kepada kekasihnya, seperti “jangan telat makan”, “jangan telat bobok”, “jangan selingkuh”. Yah pokoknya begitulah.
Dan kebetulan kita akan membahasnya di kelas belajar bahasa Jepang Weihome Gakuen kali ini! Materi kita kali ini ternyata merupakan musuh bebuyutan dari “ kata kerja bentuk perintah bahasa jepang”. Dan masih belum terlepas dari pola kalimat yang disusun oleh “kata kerja bentuk ~nai” yang pernah kita pelajari di materi sebelumnya.
Kedua materi diatas wajib sobat ketahui dan mengerti, karena kita memang akan berpacu kepada kedua pola tersebut. Seperti:
- Dimana akhirannya akan menggunakan akhiran ~te kei 「〜て形」.
- Dimana sebelum menggunakan ~te kei, akan menggunakan dulu ~nai kei 「〜ない形」.
Sudah jelas bukan? Jadi yang sudah belajar dan mengerti kita langsung mulai lihat materinya!
Kata Kerja Bentuk Larangan Bahasa Jepang
Secara garis besar, bentuk larangan ini salah satu seni menggabungkan ~nai kei dan ~te kei. Keduanya saling berkaitan dan lahirlah kata kerja bentuk larangan dalam Bahasa Jepang ini. Coba sobat tengok dulu contoh kalimatnya di bawah ini:
- Koko de shashin wo toranai de kudasai.
ここで 写真を 撮らないで 下さい
Mohon jangan mengambil foto disini.
Nah coba perhatikan kalimat “toranai de kudasai 「撮らないで 下さい」”. Sudah jelas itu merupakan penggabungannya bukan?
- Toranai merupakan bentuk ~anai 「〜あない」 dari Toru 「撮る」 yang artinya mengambil.
- “de” disana merupakan ~te kei yang berubah menjadi ~de karena didahului oleh kata kerja bentuk ~anai.
- Jadi sederhananya seperti ini: Toru => Totte => Toranai de.
- Intinya, bentuk ~te kei positif menggunakan pola yang pernah dipelajari di materi “ kata kerja bentuk ~te”. Sementara bentuk ~te kei negatife akhiran ~te berubah menjadi ~de.
- Pokoknya begitu we lah! :D
- Ups hampir lupa, sobat bisa menempatkan kata “kudasai 「下さい」” di belakangnya sebagai ungkapan kata “mohon”. Tentunya ini akan terdengar lebih sopan.
- Tidak pakai pun tidak ada apa-apa. Hanya saja gunakan kepada teman atau bawahan saja, karena jika menggunakannya ke bos, mungkin besok dana pesangon sobat akan segera dikeluarkan. XD
Baiklah, coba kita lihat beberapa contoh kalimat untuk lebih memantapkan sobat dalam memahami materi ini.
- Soko ni kuruma wo tomenai de kudasai.
そこに 車を 止めないで 下さい。
Mohon jangan menghentikan mobil disana.
Setiap sobat mendapatkan kata larangan seperti itu, maka sobat bisa menjawabnya seperti ini:
Tentu saja, kalau tidak mau terjadi peperangan harus minta maaf! :p. Ga perlu ngotot juga ya kalo dikasih tahu. Heheh. Oh ya, “suimasen” diatas merupakan kata lain dari “sumimasen”. Saya sendiri belum melakukan penelitian lebih jauh mengenai kata tersebut. Awalnya sih saya fikir saya cuman salah dengar saja saat berbicara langsung dengan orang Jepang dan mereka mengatakan “suimasen”. Tapi ternyata ketika chat dengan mereka pun, mereka menuliskannya seperti itu.
Masuk contoh kalimat yang kedua:
- Boku: Sensei, karai tabemono wo tabete mo ii desu ka?
Sensei: … iie, 3, 4 nichi tabenai de kudasai.
Boku: Sou desu ka? Haik! Wakarimashita.
- 僕: 先生、辛い食べ物を食べてもいいですか。
先生: ・・・いいえ、3、4日食べないで下さい。
僕: そうですか。はい!分かりました。
- Gw: Dok, apakah aku boleh memakan makanan yang pedas?
Dokter: … tidak, jangan makan dulu selama 3 sampai 4 hari.
Gw: Begitu ya! Baiklah! Aku mengerti.
Dan hal yang perlu sobat ketahui disini adalah, “sensei” sebenarnya bukan merajuk kepada guru sekolah saja. Intinya, setiap orang yang memiliki ilmu atau keahlian yang patut disegani boleh dipanggil sensei. Salah satunya adalah dokter! Seorang mangaka juga sering disebut “sensei” loh oleh para asisten dan pembacanya. Tidak percaya? Maka dari itu, tontonlah anime Bakuman! Hehe.
Ya mungkin itu adalah dua contoh kalimat untuk materi kita kali ini. Tapi obrolan kita belum berakhir! Bukan Weihome Gakuen kalau belum membahas tentang kata “slang”!!! Yeah!! Tentu saja, kata kerja bentuk larangan bahasa Jepang pun memiliki kata slang loh! Ini jauh lebih mudah! Karena sobat tinggal memasukkan kata kerja ditambah akhiran “na!” di belangnya, seperti:
- Baka iu na!
馬鹿 言うな!
Jangan ngomong sembarangan!
- Oi, taberu na! sore wa ore-sama no mono da!
おい、食べるな!それは 俺様の 物だ!
Hey, jangan dimakan! Makanan itu punya gw!
- Soko ni hairu na! korosu zo!
そこに 入るな!殺すぞ!
Jangan masuk ke sana! Kau akan terbunuh!
Kenapa “na!” dan bagaimana cara pengucapannya? Disini, kata “na!” bukanlah bentuk lain dari “ne!”, melainkan kata lain dari “nai!”. Seperti yang sudah kita tahu bahwa “nai!” itu merupakan bentuk penyangkalan bukan? Dan nada pengucapannya yang meninggi menjadi petanda bahwa itu tidak boleh dilakukan.
Dan sedikit informasi ya! Coba lihat di kalimat kedua! Ada seseorang yang menyebut dirinya sebagai “ore-sama”, itu merupakan salah satu cara untuk mengagungkan diri. Harap jangan sobat gunakan ya! Karena itu artinya “diriku yang agung”.
OK, mungkin sampai disini saja materi yang kita bahas untuk kali ini! Perjalanan kita masih jauh sobat! Jadi jangan menyerah dulu belajarnya ya! Tepat seperti kata pepatah: “izinkan aku melamar, karena kafilah pasti berlalu” … “Siapa yang rajin belajar, pasti pintar selalu”.
Hallah, ngasal! Ya sudah! Sampai jumpa di materi selanjutnya! Otsukaresama desssuuu!!
|